PROGRAM PELATIHAN GURU

Pantara, sebagai Yayasan, awalnya diniatkan sebagai lembaga untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru-guru sekolah reguler dalam menangani anak berkebutuhan khusus, terutama anak berkesulitan belajar. Oleh karena itu, pada masa awal-awalnya, aktivitas yang diadakan Yayasan Pantara berupa pendidikan dan latihan atau diklat —biasanya bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Misalnya:

  • Pelatihan Guru SD untuk Membantu Murid Kesulitan Belajar dalam Rangka Peningkatan Mutu Teknis Guru (Kerja sama PPPG Keguruan), Sawangan 4 – 8 Desember 1996; atau
  • Pelatihan bagi Pelatih dalam Penanganan Anak Berkesulitan Belajar , Sawangan 12-17 Mei 1997.

Kedua kegiatan pelatihan ini tingkat nasional, sehingga guru-guru yang turut serta pun berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan pengenalan dan pemahaman mengenai learning disabilities dapat lebih tersebar luas.

Tujuan dari aktivitas pendidikan dan pelatihan tersebut adalah agar para guru sekolah reguler da­pat menemukenali karakteristik anak-anak berkesulitan belajar yang ada di seko­lah­nya masing-masing. Setelah itu,harapannya tentu saja, adalah dapat mengem­bangkan model, pendekatan, maupun metode pembelajaran yang tepat bagi mereka. Akhirnya, para peserta pelatihan tersebut, pada gilirannya nanti dapat menularkan ilmu dan keterampilan yang sudah diperolehnya kepada guru dan kalangan pendidikan lain di wilayahnya masing-masing.

Dengan arah program seperti itu, tampak bahwa Pantara memerlukan tenaga ahli yang mumpuni dalam bidang penanganan anak bekesulitan belajar. Karena tidak seluruh materi diklat itu dimiliki oleh Pantara sendiri—terlebih saat itu konsep Learning Disabilities , disleksia, dst. belum begitu populer—maka kerja sama dengan beragam pihak menjadi keniscayaan. Kerja sama dengan dijalin dengan beragam komunitas seperti para pakar pendidikan, terutama pendidikan khusus, juga dengan banyak instansi pemerintah atau swasta. Bahkan tak jarang kerja sama dijalin dengan ahli atau intansi luar negeri.

Pada perkembangan berikutnya, Pantara lebih menjawab tuntutan dan kebutuhan lapangan. Sejak berdirinya, Pantara banyak memperoleh laporan, saran, dan permohonan, agar Pantara tidak hanya mengadakan pendidikan dan latihan yang hasilnya baru dirasakan dalam jangka panjang. Pantara, justru, diminta untuk melakukan dan mempraktikkan sendiri konsep dan pemahamannya tentang LD. Pendirian sekolah khusus untuk anak-anak LD adalah wujud kongkret jawaban atas tuntutan tersebut.

Dan, akhir-akhir ini, Pantara sebagai lembaga pendidikan kembali diminta kiprahnya dalam aktivitas penyadaran masyarakat, bagi untuk kalangan yang lebih terfokus seperti guru dan orangtua anak berkesulitan belajar maupun kalangan yang lebih luas.

Beberapa tenaga pengajar dan psikolog SD Pantara acap pula diminta sebagai narasumber pada kegiatan-kegiatan seperti penataran, pendidikan latihan, workshop, atau seminar. Baik yang diadakan oleh Yayasan Pantara sendiri atau pihak lain, seperti Instansi Pemerintah, misalnya Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI, Dinas Pendidikan Luar Biasa DKI, Direkorat PSLB (Pembinaan Sekolah Luar Biasa), Puskur (Pusat Kurikulum); Lembaga pendidikan, misalnya Jurusan PLB FIP UNJ (Universitas Negeri Jakarta), Fakultas Psikologi UI (Universitas Indonesia), dll.

Belakangan, sejak November 2006 sampai sekitar September 2007, Pantara dan Hellen Keller International Cabang Indonesia mengadakan suatu kerja sama. Kegiatannya antara lain melakukan pendidikan dan pelatihan bagi para GPK (Guru Pembimbing Khusus) yang bertugas di sekolah inklusi. Para GPK ini adalah guru berlatar pendidikan PLB (Pendidikan Luar Biasa) tetapi bertugas menangani anak-anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkesulitan belajar, di sekolah-sekolah reguler yang mengadakan program pendidikan inklusi.

Program kerja sama Pantara – HKI ini terbagi dalam tiga tahap, yakni:

  • Tahap I sudah terlaksana antara November 2006 sampai April 2007, dengan materi Asesmen Anak Berkesulitan Belajar dan Penyusunan PPI (Program Pembelajaran Individual). Kegiatan awal adalah observasi, kegiatan inti pelatihan, dan kegiatan akhir berupa monitoring dan evaluasi.
  • Tahap II dilaksanakan antara April sampai Mei 2007. Materinya berupa Strategi Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar dan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Kegiatan awal berupa observasi, dan kegiatan inti berupa pelatihan sudah terlaksana antara 9 sampai 24 April 2007, dan kegiatan akhir berupa monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan antara 7 sampai 24 Mei 2007.

Tahap III dilaksanakan antara Agustus sampai Oktober 2007. Materinya antara lain Modifikasi Perilaku dan Kecakapan Berkomunikasi.